Senin, 18 Oktober 2010

Kisah seorang Nelayan dan Seekor Ikan

Posted July 9, 2010 by Nadhir al Hasan Shiddiq

Oleh : Musthafa Shadiq ar-Rafi’I ( Dari Silsilah Hikayat Hawa )

Ahmad Ibn Miskin Rohimahullah, seorang Tabi’in besar menceritakan kisah seekor ikan, beliau berkata : Ada seorang laki-laki yang bernama Abu Nashr as Shayyad , ia hidup bersama dengan Istri dan seorang putra dalam keadaan sangat fakir . Ia berjalan di jalan dalam keadaan bingung , dikarenakan istri dan putranya menangis kelaparan. Maka lewatlah ia dihadapan salah seorang Syaikh kaum muslimin – yaitu Ahmad Ibn Miskin dan ia berkata kepada Syaikh tersebut: “ Aku kelelahan .” maka berkatalah Syaikh tersebut kepadanya: “ Ikutilah aku ke laut . “

Maka keduanya pun pergi ke Laut , kemudian Syaikh tersebut berkata kepadanya : “ Sholatlah dua raka’at ! “ . Maka ia pun sholat . Kemudian Syaikh tersebut berkata : “ Ucapkanlah “ Bismillah” . Kemudian melemparkan jaring ke laut . Ketika ditarik , jaring tersebut berisi satu ikan yang sangat besar.

Berkatalah Syaikh tersebut : “Juallah , ikan tersebut, dan belilah Makanan untuk keluargamu. “ Maka ia pun Menjual ikan tersebut di pasar. Kemudian ia membeli dua buah Fathirah ( Roti isi ), satunya berisikan daging dan lainnya berisikan manisan. Lalu ia memutuskan untuk pergi mendatangi Syaikh tersebut dan memberinya makan darinya. Maka pergilah ia menemui Syaikh dan memberinya sebuah roti.

Berkatalah Syaikh tersebut kepadanya, “ Seandainya kita hanya memberi makan untuk diri kita sendiri, tentu ikan tersebut tidak akan keluar. “

Maksudnya, syaikh melakukan kebaikan untuk mendapatkan kebaikan yang lain. Ia tidak menunggu harga bayaran . Kemudian Syaikh mengembalikan roti tersebut dan berkata kepadanya : “ Ambilah ( dan berikanlah ) untuk diri dan keluargamu!”.

Dijalan menuju rumahnya, Lelaki itu menjumpai seorang Wanita yang sedang menangis karena kelaparan, dan bersamanya adalah anaknya yang masih kecil. Keduanya melihat kepada dua buah roti yang ada pada tangannya.

Lelaki tersebut bertanya kepada dirinya sendiri. “ Wanita ini seperti istri dan putraku yang kesakitan karena menahan lapar, kepada siapakah kuberikan dua buah roti ini ? . “ Demi melihat kedua mata Wanita tersebut, dia tidak kuasa menahan diri saat melihat air mata yang mengalir dari keduanya. Kemudian berkata kepadanya : “ Ambillah dua buah Roti ini !” . Maka bersinarlah wajah Wanita tersebut dan tersenyumlah putranya karena bahagia .

Kembalilah Lelaki tersebut dalam kebingungan, bagaimana dia akan memberi makan istri dan putranya?. Ditengah perjalanannya, dia mendengar seorang yang menyeru : “ Siapakah yang bisa menunjukkanku kepada Abu Nashr as Shayyat ?”. Maka manusiapun menunjukkan kepada Lelaki tersebut dan berkata kepadanya : “ Sesungguhnya ayahandamu telah meminjamkan hartanya kepadaku, sejak dua puluh tahun yang lalu . Kemudian dia mati , sementara aku belum mencari –tahunya . maka ambillah 30 ribu Dirham milik ayahandamu ini Wahai anakku!’”.

Abu Nashr as Shayyad berkata : “ Aku berubah menjadi orang yang paling kaya, Memiliki beberapa rumah dan perniagaan, dan aku bisa bershadaqoh sebagai bentuk syukur kepada Allah Tabaroka wa Ta’ala. Kemudian aku bangga terhadap diriku sendiri karena banyaknya shadaqoh yang aku keluarkan. Maka akupun Bermimpi dalam tidurku bahwa mizan timbangan amal telah ditegakkan.

Lalu menyerulah seorang penyeru : “ Abu Nashr as Shayyad, kemari timbang kebaikan dan keburukanmu. “ Dia berkata : Maka aku letakkan kebaikan dan keburukkanku. Ternyata keburukan-keburukanku lebih berat dari kebaikanku . Maka kukatakan : “ Mana harta yang dulu aku bershadaqoh dengannya ? “ Maka , harta-harta itu diletakkan . Ternyata pada setiap seribu Dirhamnya terdapat nafsu jiwa atau kebanggaan terhadap diri sendiri. Seakan harta –harta tersebut seperti gulungan gulungan kapas yang tidak bernilai sama sekali. Dan keburukanku lebih berat.

Akupun menangis dan berkata : “ Dimana keselamatan?” Lalu aku mendengar seorang penyeru berkata : “ Apakah dia masih Memiliki sesuatu ?” Maka aku mendengar seorang Malaikat berkata : “ Ya, dia masih Memiliki dua buah isi roti .” . Maka diletakkanlah dua buah isi roti tersebut di daun timbangan kebaikan, dan turunlah daun timbangan kebaikan itu hingga sejajar dengan daun timbangan keburukan. Akupun takut .

Kemudian aku mendengar seorang penyeru berkata : “ Apakah dia masih Memiliki sesuatu ?” , aku mendengar seorang Malaikat berkata : “ Ya dia masih Memiliki sesuatu. “ Akupun berkata : “ Apa itu ?” “ Maka dikatakanlah kepadanya : “ Air mata Wanita yang engkau beri dua buah riti isi. “ “ Maka diletekkan air mata tersebut, tiba-tiba tersebut seperti Batu hingga memberatkan daun timbangan kebaikan . Akupun bergembira.

Lalu aku mendengar seorang penyeru berkata : “ Apakah dia masih Memiliki sesuatu ?” . Maka dikatakan “ Ya , senyum anak kecil saat engkau beri dua buah roti isi .” Maka daun timbangan kebaikanpun semakin berat dan semakin beratmengalahkan daun timbangan keburukan. Lalu aku mendengar seorang penyeru berkata : “ Sungguh telah selamat, sungguh telah selamat “ . Akupun terbangun dari Tidur seraya berkata : “ SEANDAINYA KITA HANYA MEMBERI MAKAN DIRI KITA SENDIRI MAKA IKANPUN TIDAK AKAN KELUAR.”

Maka berbuatlah Ikhlas , berbuatlah ikhlas Wahai manusia!*.

Sumber : Majalah Islam Qiblati Edisi 05 Tahun II- Maret 2007M /Shafar 1428H.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar